Minggu, 06 Maret 2011

ASAL USUL BATURADEN

Baturraden berasal dari dua kata
yaitu Batur yang dalam bahasa Jawa berarti Pembantu, Teman, atau Bukit
Raden yang dalam bahasa juga berarti Bangsawan.
Cerita tentang Baturraden ada dua versi.
yaitu versi Kadipaten Kutaliman & versi Syekh Maulana Maghribi
Versi Kadipaten Kutaliman
Pada Ratusan tahun silam konon terdapat sebuah Kadipaten yang terletak 10 Km disebelah Barat Baturraden.
Adipatinya mempunyai beberapa anak perempuan & seorang gamel (pembantu yang menjaga kuda).
Salah Satu Anak Perempuannya jatuh cinta dengan gamel.
Cinta mereka dilakukan secara sembunyi-sembuyi.
Sesudah mendengar berita, bahwa anak perempuannya jatuh cinta dengan pembantunya,
sang Adipati marah & mengusir gamel & anak perempuannya dari rumah.
Diperjalanan dia melahirkan bayi didekat sungai,
kemudian mereka menamakannya sungai Kaliputra.
(Kali berarti Sungai & Putra berarti anak laki-laki).
Letaknya kira-kira 3 Km sebelah utara Kutaliman.
Akhirnya mereka menemukan tempat yang indah, & memutuskan untuk tinggal di tempat tersebut.
Berdasarkan versi pertama tersebut nama Baturaden seharusnya ditulis dengan dua “R”
karena versi tersebut berasal dari kata “Batur” & “Raden” menjadi “Baturraden”.
Versi Syekh Maulana Maghribi
Syekh Maulana Maghribi adalah seorang ulama. Dia seorang Pangeran dari Turki.
Suatu hari setelah Subuh, dia melihat cahay misterius bersinar disebelah Tenggara.
Dia ingin mengetahui darimana cahaya misterius itu datang & apa artinya.
Dia memutuskan untuk mencari tahu. Dan dia ditemani oleh sahabatnya, Haji Datuk. & pekerjanya.
Mereka berlayar menuju kearah datangnya cahaya misterius tersebut.
Kemudian setelah Syekh Maulana Maghribi sampai di Pantai Gresik,
cahaya misterius tersebut tampak disebelah Barat, & akhirnya mereka sampai di pantai Pemalang Jawa Tangah.
Ditempat ini Dia meminta para pekerjanya untuk pulang.
Sementara itu dia ditemani oleh Haji Datuk untuk melanjutkan perjalanannya
dengan jalan kaki menuju kearah Selatan sambil menyebarkan agama Islam.
Kemudian Syekh Maulana Maghribi tinggal di Banjar Cahayana.
Ditempat itu Dia terkena penyakit gatal yang serius dan susah disembuhkan.
Sesudah sholat Tahajud.dia mendapat Ilham bahwa dia harus pergi ke Gunung Gora.
Sesudah sampai di lereng Gunung Gora Dia meminta Haji Datuk untuk meninggalkannya& menunggu ditempat yang mengepulkan asap.
Ternyata disitu ada sumber air panas & Syekh Maulana Maghribi menyebutnya
” Pancuran Pitu” yang artinya sebuah sumber air panas yang mempunyai tujuh mata air.
Setiap hari Syekh Maulana Maghribi mandi secara teratur di tempat itu,
dengan begitu dia sembuh dari penyakit gatalnya.
Orang sekitar menyebut Syekh Maulana Maghribi sebagai “Mbah Atas Angin”
karena Dia datang dari sebuah negeri yang jauh.
Dan Syekh Maulana Maghribi dinamakan Haji Datuk Rusuhudi ( Dalam bahasa Jawa berarti Batur yang Adil atau Pembantu Setia).
Tempatnya terkenal dengan satu “R” dan bernama “Baturaden”.
Karena Syekh Maulana Maghribi sembuh dari penyakit gatal & aman dilereng gunung Gora.
Selanjutnya Dia mengganti nama Gunung Gora itu menjadi Gunung Slamet.
Slamet dalam bahasa Jawa berarti aman.
Tempat dimana Syekh Maulana Maghribi sembuh dianggap sebagai tempat keramat oleh orang sekitar.
Banyak orang dari Purbalingga, Banjarnegara, & Pekalongan mengunjungi tempat tersebut pada Selasa Kliwon & Jum’at Kliwon.